“Bagian mana yang lebih kamu sesali dalam hidup, gagal saat masa mencoba atau menyesal karena tidak pernah mencoba sama sekali?”
Semua berawal ketika aku lulus dari SMK. Duduk sebagai siswa di jurusan yang tidak kuinginkan membuatku ingin memberontak setiap kali kelas akan dimulai. Hari-hari rasanya berat. Terkadang aku malas bertemu dengan guru, seringkali juga malas dengan pelajaran yang sedang ingin aku lewati karena memang aku tak paham.
Sebagai seorang yang bercita-cita sebagai seorang arsitek, jalan hidupku tak pernah mulus. Hidup justru membawaku masuk ke dalam jurusan Teknik Komputer Jaringan yang dipercayai ibuku menjadi jurusan yang aman untuk anak gadisnya karena proyeksi kerjanya berada di ruangan ber-AC, sehingga tak perlu merasakan terik di lapangan sebagaimana pekerja lapangan lainnya.
Dan jurusan yang tidak pernah kuduga terpilih dalam hidup ini, ternyata menjadi awal perjalanan menulisku hingga saat ini. Yap, aku mendalami proses tulis menulis dan blogging saat di kelas SMK. Usiaku yang masih belasan tahun itu telah memiliki blog dengan domain gratis yang berisi cuitan khas anak SMK yang tak berarah.
Meski sempat mendapatkan remehan dari seseorang karena tak punya laptop dan berasal dari kalangan keluarga tak mampu, aku tak gentar untuk tetap belajar. Karena menurutku, masa depan dibangun atas kemauan bukan tentang persoalan kesempatan belaka.
Tahun 2015 - Awal Karir yang Menyenangkan Sekaligus Menyedihkan
Setelah lulus dari bangku SMK, aku tak seberuntung itu untuk bisa melanjutkan ke bangku kuliah langsung. Anak SMK yang masih tak tahu kemana arah hidup selanjutnya itu, mengadu nasib dengan menerima tawaran job menulis yang bayarannya tak seberapa. 5ribu perak terkesan tidak banyak. Tapi cukup untuk melatihku mengumpulkan portfolio di bidang kepenulisan. Di sini, aku sudah menulis untuk beberapa bidang, seperti florist, education, apartment, dll.
Sembari menjadi seorang penulis lepasan dengan gaji yang tak seberapa, aku juga bekerja menjadi admin di salah satu perusahaan Kisel, penyedia tower telekomunikasi dan telekomunikasi selular. Yap, aku bekerja di 2 perusahaan dalam satu waktu. Terlalu ngoyo untuk anak 20-an tahun yang baru saja mengenal dunia kerja.
Melelahkan sekali, tapi aku menikmatinya karena ternyata aku merasa lebih hidup setiap kali berteman dengan kata-kata yang kadang harus dirangkai dalam bahasa mesin pencari atau sekadar narasi yang harus dibuat sedemikian rupa agar pembaca merasa mengerti. Menariknya, hampir setiap hari saat jam istirahat di kantor utama, aku selalu pergi ke kantor freelance-ku yang jaraknya 7km hanya untuk meminta topik baru demi kejar target harian.
Setelah hampir 3 bulan menjalani sebagai seorang freelance writer, aku mendapatkan tawaran untuk bergabung di kantor freelance-ku yakni di salah satu agency di Semarang sebagai seorang content writer yang juga merangkap sebagai social media specialist, profesi baru yang kutau ternyata ada di dunia ini. Rasa ingin tahuku yang besar membuatku belajar banyak di agency. Aku tak sungkan untuk bertanya tentang ilmu menulis cross platform, basic seo hingga website, hingga basic ads kepada rekan yang lebih senior.
Menginjak di bulan ke-tujuh, aku tidak menyangka bahwa aku mendapatkan teguran dari atasanku karena terlalu banyak menulis di blog pribadiku saat jam istirahat. Ternyata, jam istirahat yang kupakai untuk menulis ini dihitung sebagai salah satu bentuk ‘korupsi’ terhadap alat kantor yang tidak digunakan untuk seharusnya. Ehehehe ~
Singkat cerita, aku dipanggil dan diperingatkan. Egoku yang masih remaja itu bergejolak karena aku merasa tidak ada yang salah denganku, tapi aku memahami POV dari atasanku. Aku yang hanya mengantongi ijazah SMK itu lantas bersikeras mencoba peruntungan baru. Berbekal blog yang masih sederhana dengan top level domain yang kumiliki, aku berselancar ke website penyedia lowongan kerja dan mencoba untuk melamar di Jakarta.
Tahun 2016 - Menjadi Perantau yang Nekat di Ibukota Jakarta
Lamaran kerjaku bersambut manis. Smartphone-ku berdering dan HRD dari seberang memintaku untuk datang ke Jakarta guna wawancara terkait curriculum vitae anak SMK yang seadanya. Aku nekat berangkat bersama restu ibu yang masih setengah-setengah. Aku memesan tiket kereta dan berangkat ke Jakarta sendirian.
Mungkin, karena ridho ibu tak sepenuhnya kukantongi, sesampainya di kantor agency Jakarta di belakang Grand Indonesia, satu-satunya smartphone yang kubeli dengan susah payah itu hilang. Aku panik. Berlari ke arah ojek online yang tak jauh dari tempat agency-ku dan tak mendapatinya sama sekali. Sedangkan tiket kereta pulangku untuk malam nanti ada di surel yang hanya bisa kuakses via smartphone.
Aku duduk di ruang tunggu bersama para pelamar lain. Setengah melamun, aku tergugah karena pertanyaan dari mas-mas berjas tentang ijazah yang kumiliki. “Hah, lulus SMK jauh-jauh dari Semarang berani melamar ke perusahaan ini? Good luck ya, mba. Pasti S2 seperti saya yang lebih dipilih oleh perusahaan.” Aku terkekeh. Belum juga resmi jadi karyawan, mentalku sudah diuji dengan pembawaan dari warga Ibukota yang songong ini.
Aku masuk ke ruangan interview, bersama HRD, senior writer dan manager content untuk berkenalan dan menjawab beberapa pertanyaan penting yang akan jadi penentu apakah aku layak atau tidak. Waktu berlalu, di akhir interview, manager content menyodoriku kertas HVS dan pulpen memintaku untuk membuktikan kredibilitasku sebagai seorang yang hobi menulis dan telah memiliki blog TLD pribadi.
Kalutku yang masih panas karena kehilangan pagi tadi, mengarahkan pulpen untuk menulis narasi yang panjang nan dramatis tentang kejadian tersebut. Tak butuh waktu lama, tulisanku selesai dan aku keluar ke ruang tunggu untuk menunggu hasil interview yang akan diumumkan siang itu.
Kurang lebih jam menunjukkan pukul 11.45. Aku dipanggil kembali ke ruang HRD sendirian. Kabar baik bersambut.
“Septi, selamat ya, kamu lolos. Tapi saya boleh pesan sesuatu?” Tanya manager content dengan serius.
“Alhamdulillah.. Apa itu, mas?”
“Septi kan lulusan SMK dan masih muda sekali, ya. Minta tolong kalau ada teman-teman yang besok tanya Septi lulusan mana, jangan bilang kalau cuma SMK, ya. Karena di sini, teman-teman lulusan S1 semua.”
“Oh…”
“Iya, jadi kami salut Septi sudah punya blog dan sudah paham basic skill nulis disaat masih banyak yang awam. Makanya, kami pilih Septi daripada yang lain.”
—-------
Kejadian ini membuatku belajar, bahwa mungkin Allah mengambil sesuatu dariku (smartphone hilang) dan menggantikannya dengan pekerjaan yang lebih baik di perusahaan besar. Dan yang tak kalah penting, ternyata kita nggak bisa serta merta meremehkan seseorang hanya karena pendidikannya tak tinggi. Karena di atas pendidikan, masih banyak attitude yang perlu dipelajari. Semoga akupun bisa menjadi baik tanpa harus merendahkan orang lain. Mohon diingatkan juga yaa, teman-teman hihihi ~
Singkat cerita, aku mulai menjadi bagian dari salah satu agency terbaik di Jakarta sebagai seorang content writer. Berbeda dengan saat di Semarang, pace kerja di Jakarta benar-benar sat set. Lumayan menyeret mental bocah yang masih kagok ini apalagi di Jakarta aku benar-benar sendirian, ngekos dan jauh dari keluarga.
Karir menulisku berkembang. Aku mulai mengenal ads management yang lebih kompleks, pemahaman seo dan social media yang tak kalah rumit dan juga cara menyajikan tulisan secara live saat liputan di kandang klien. Melelahkan, tapi aku merasa hidup dengan sebenar-benarnya saat ada di tengah kata-kata.
Tawaran menulis pun datang dari perusahaan sebelah. Kali ini sebagai seorang freelance writer yang artinya aku tak perlu datang ke kantor di weekdays. Tentu saja aku setuju hehe. Selain karena faktor uang, aku merasa perlu bergaul dengan lingkungan penulis untuk bisa memperkaya dunia kepenulisanku dengan banyak hal.
Aku yang di Jakarta sendirian lantas mencari komunitas baru dan teman-teman baru. Aku bertemu dengan Komunitas Bloger Jakarta di sana dan keluarga dalam satu timku yang sampai saat ini masih jadi teamwork terbaik yang pernah kudapatkan.
Bu, anakmu ternyata pernah seseru itu menjalani hidup meski rasanya sulit sekali karena harus PP kereta ekonomi setiap dua minggu sekali hehe ~
Hidup lagi seru-serunya, kabar duka datang menggores luka. Nenekku meninggal dan aku harus pulang. Pikiranku berkecamuk dalam perjalanan pulang ke Semarang. Bukan karena aku harus pulang, tapi aku khawatir aku tidak bisa lagi kembali ke Jakarta karena ibu hanya tinggal berdua dengan nenek dan tentu saja aku tak akan tega meninggalkan beliau sendiri di rumah.
Dan benar saja, ibuku berpesan “Gapapalah kerja di Semarang aja, biar gaji sedikit tapi ibu tenang karena kamu di rumah.” Kali ini, duniaku runtuh. Aku tahu aku tak bisa pergi meninggalkan ibuku, tapi aku tahu betul bahwa pijakanku saat ini adalah tempat yang bisa membawaku lebih jauh dan lebih tinggi.
2017 - Bersama dengan Masa Depan yang Dilepaskan
Sebelum habis masa satu tahunku bekerja, aku mencari ke sana kemarin lowongan remote writer di perusahaan lain di Jakarta. Dalam benakku saat itu, aku hanya menganggap bahwa aku akan tetap hidup hanya jika aku bekerja dengan orang-orang metropolitan dengan pace-nya yang sat set, tapi aku tetap bisa mengerjakannya di rumah bersama ibu.
Doa ibu bak menembus langit ke-tujuh. H-1 bulan aku mengajukan surat resign, dua orang CEO di perusahaan agency dan platform freelance menghubungiku dan memintaku untuk bertemu di kantor mereka. Aku menandatangi 2 kontrak sekaligus dan semuanya sebagai seorang freelancer. Masya Allah.
Kepulanganku di Semarang memang menguras emosiku. Tapi terbayarkan dengan rutinitas pekerjaan menulisku yang bisa kuselesaikan melalui layar laptop dengan jam yang lebih fleksibel karena tidak perlu datang ke kantor. Aku yang biasanya harus berangkat lebih pagi demi bisa mengejar bus Trans Jakarta dan harus pulang larut malam demi mendapatkan kursi duduk di transportasi umum saat pulang, kini hanya cukup duduk manis sambil menyalakan laptop. Bahkan, kadang aku mengerjakan pekerjaan menulisku di tempat tidur karena sedang ingin rebahan hehe ~
Akhir Tahun 2017 dan Sepanjang Tahun 2018 yang Penuh dengan Kejutan
Hari-hariku di Semarang berjalan sangat baik, biidznillah. Aku dan kesibukanku sebagai seorang freelance writer masih bisa hadir di offline event yang rutin diselenggarakan oleh komunitas blogger kesayanganku Gandjel Rel. Komunitas blogger perempuan di Semarang ini juga menjadi tempatku bertumbuh. Kalau bukan karena rekan-rekan di Gandjel Rel, aku pasti sudah malas sekali untuk mengisi blog-ku.
Seringkali yang membuatku terpantik untuk rajin ngeblog adalah semangat rekan-rekan yang meski sudah berkeluarga, tapi masih produktif dan menghasilkan melalui ngeblog. Bahkan, komunitas blogger Gandjel Rel pun termasuk aktif berkolaborasi dengan berbagai brand ternama yang memberdayakan para anggotanya, termasuk aku.
Salah satu brand ternama yang juga pernah berkolaborasi dengan Gandjel Rel adalah ASUS. Yes, brand merek laptop yang populer dan dikenal luas dan diproduksi oleh perusahaan elektronik ASUSTek Computer Inc. yang berbasis di Taiwan ini sudah tak terhitung keterlibatannya dalam mendukung komunitas blogger di Indonesia dengan mengadakan berbagai event online maupun offline sejak tahun 2015 silam.
Jika mungkin menjadi seorang blogger hanyalah sebagai penulis yang berangkat dari hobi dan ketidakseriusannya di bidang kepenulisan, namun ASUS menganggap kami punya nilai yang lebih. Yap, potensi dunia blogging diapresiasi penuh oleh ASUS sejak tahun 2015 silam. Mulai sponsor, event, workshop dan kolaborasi untuk setiap launching produk baru, ASUS selalu menggandeng blogger di seluruh penjuru.
Kepercayaan ASUS yang hadir dalam setiap event blogger menjadikan kami para blogger punya value yang lebih sebagai seorang penulis yang dapat menggiring opini positif, meningkatkan kualitas dan kepercayaan calon konsumen hingga reviewer yang punya power untuk meningkatkan penjualan produk ASUS.
Aku sendiri mengenal ASUS sudah sejak duduk di bangku SMK. Masa putih abu-abu itu pernah membuatku menabung keras untuk bisa memiliki laptop ASUS untuk menunjang produktivitasku. Meski pada akhirnya aku belum berjodoh karena kena tipu saat membeli laptop, aku cukup bangga pernah mengulas produk ASUS beberapa tahun silam yang bisa dibaca di sini: Suka Duka Menjadi Seorang Content Writer
Dan perjalanan satu dekadeku sebagai seorang blogger membuatku akhirnya paham bahwa menulis bukan hanya sekadar proses merangkai kata-kata belaka. Butuh banyak sekali riset untuk bisa menghasilkan satu tulisan yang penuh makna. Dan untuk bisa menghasilkan tulisan yang punya nilai jual tinggi, tentu saja kita butuh laptop yang tidak hanya punya spek tinggi, tetapi juga nyaman untu menunjang proses menulis.
Rekomendasi Laptop untuk Menunjang Produktivitas Blogger dan Freelance Writer: ASUS Vivobook 14 OLEDNggak bisa dipungkiri kalau ASUS ini selalu punya gebrakan untuk setiap produk barunya yang bikin kemecer paaarrraaaahhh!! Apalagi buat penulis yang juga merangkap sebagai seorang creator sepertiku ini, rasanya nggak mungkin kalau aku nggak tergoda sama pesifikasi ASUS VivoBook 14 OLED ini. Sebagai alumni SMK yang sudah berkecimpung di dunia merangkai kata ini, aku punya sudut pandang menarik mengenai produk ASUS terbaru ini.
Dih, kayak selera lu bagus aja, Sep! Lah, emang! Wkwkwwk ~
Asal kalian tahu aja, ASUS Vivobook 14 OLED ini punya desain yang elegan dan ringkas. Sebagai seorang yang menjunjung tinggi portabilitas, ASUS bisa dibilang cucok karena desainnya yang minimalis, stylish dan bobotnya ringan yakni hanya 1.4kg ini rasa-rasanya bikin pengen ngafe tiap hari karena nggak bikin pegel yang bawa. Butuh buat meeting offline? Siapa takut? Yuk, COD! Hahahaha ~
Ngomongin soal layar nih, jadi seorang penulis tuh ya, rawan banget bikin mata minus karena kelamaan di layar laptop. Belum lagi radiasi dari bluelight-nya, duuuhhh pedes pokoknya! Tapiii, kalau kamu pakai Asus Vivobook 14 OLED ini, insya Allah mata aman, deh. Soalnya dia tuh punya sertifikasi TUV Rheinland yang mengurangi emisi cahaya biru yang bikin mata nggak gampang capek meski dipakai nulis berlama-lama. Tapiii, inget, tetep harus ambil jeda nulis setiap kali dirasa matanya udah capek banget, yah!
Bisa dibilang, nulis berlama-lama tuh juga bikin bosen hahaha. Ini semua wajar, karena hobi yang dijadikan pekerjaan membuatku butuh effort lebih untuk tetap stay through sama pekerjaan yang punya nilai, sehingga aku bisa punya lebih banyak portfolio untuk proses pitching di project lain waktu.
Untuk mengantisipasi kebosanan ini, aku biasanya menyetel layar laptopku menjadi 3 bahkan 4 jendela biar aku bisa menonton film favoritku, membalas pesan dari klien hingga mengerjakan project menulisku dalam satu waktu. Tentu saja, laptop biasa nggak akan kuat performanya untuk menunjang aktivitasku yang banyak mau ini, bukan? Itulah mengapa aku butuh ASUS Vivobook 14 OLED yang telah dibekali dengan Intel Core generasi terbaru, RAM hingga 16GB, dan penyimpanan SSD yang nggak bakalan bikin lemot saat sedang bersenang-senang dengan hobi yang dibayar ini hehehe ~
Because productivity is keyyyy, right?!!
Keyboard-nya pun telah dilengkapi dengan key travel yang bikin proses nulis tuh jadi nyaman karena nggak berisik :”). Serunya lagi, buatku yang seringkali ke kafe karena cari mood biar bisa nulis bagus, ASUS Vivobook 14 OLED ini punya ketahanan baterai yang super, yakni bisa sampai 8-10 jam. Bisa banget dipakai saat ngafe jeda nungguin anak sekolah tanpa harus repot bawa charger atau duduk di sudut kafe paling estetik yang nggak punya colokan hahaha. Ini riil sih pengalaman banget pernah ngafe tapi nggak ada colokannya dan laptop mati di tengah-tengah meeting huhu sadddd :(
Jadi tu pernah ada satu momen aku butuh banget meeting di kafe pagi-pagi banget dan aku lumayan kelabakan untuk cari kafe yang buka di jam tersebut. Akhirnya aku bener-bener duduk di sembarang tempat buat baca brief dari klien biar nggak ngang ngong dan jam 9 saat kafe udah buka, aku langsung sat set menuju kafe daaaan buka laptop. Nggak lama setelah meeting berjalan, teeetttt laptopku mati karena kehabisan baterai dan wasalam meeting pun gagal wkwkwk ~
Memang ya, meskipun punya fleksibilitas waktu, menjadi seorang freelancer juga punya strugglingnya masing-masing. Tapi inilah yang membuatku jadi seseorang yang nggak mudah untuk men-judge profesi orang lain apapun itu. Karena pekerjaan yang terlihat mudah pun, nyatanya punya pahitnya masing-masing hehe ~
Hari-hari sebagai seorang blogger-ku seolah semakin berwarna sejak aku meninggalkan Jakarta. Allah seperti sedang menghiburku melalui doa ibuku yang mulus sekali jalannya. Beberapa kali tawaran sebagai seorang digital marketer dan juga content strategist di perusahaan Semarang menjadi bahan pertimbanganku yang terlihat menganggur itu. Aku pun mengambil 2 dari sekian kesempatan. Dan semuanya berangkat dari skill menulisku yang awalnya hanya sebagai seorang blogger. Nggak nyangka, ya? Hehee, sama. Aku pun ~
Selama bekerja di perusahaan dan masih memegang beberapa proyek di Jakarta secara remote, diam-diam aku masih punya ambisius untuk ikut lomba ngeblog yang diselenggarakan oleh brand besar. Yap, waktuku mungkin habis untuk mengerjakan banyak pekerjaan sekaligus, tapi yah masa muda memang masa yang berapi-api, bukan? Hihi ~
Tak banyak lomba yang aku ikuti di Juli tahun 2017. Namun, rezeki seseorang yang ambisius itu ternyata masih milikku. Alhamdulillah aku berhasil memenangkan kamera Sony Mirorrless A5000 dari juara 1 lomba menulis tentang dengan judul "7 Makanan Khas Semarang yang Bikin Nagih para Pecinta Kuliner” dalam tajuk #NulisBarengFoody. Pada lomba tersebut, aku berhasil memenangkan lomba dengan indikator pembaca unique views terbanyak jika dibandingkan oleh peserta lomba lain.
Keberuntungan bak masih milikku di tahun Itu. Pada akhir tahun Desember 2017, aku kembali berhasil meraih Peringkat 1 untuk kategori produk Kereta Api dan yang nggak kalah menyenangkannya, aku pun berhasil menyabet posisi pemenang Grand Prize Blog Contest #JadiBisa dengan Traveloka yang hadiahnya 1 Paket Perjalanan GRATIS untuk dua orang ke Eropa. Masya Allah, masa mudaku rasanya menyala sekali 🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Singkat cerita, aku berangkat ke Turki saat musim semi atau spring pada April 2018. Dan sepulangnya dari Turki, aku menikah dengan laki-laki yang sekarang menjadi suamiku pada akhir tahun 2018. Rentetan kebahagiaan ini benar-benar jadi BIG DEAL yang tak terlupakan dalam hidupku. Masya Allah ~
Baca tulisanku yang membawaku ke Turki: Perjalanan Seperti Apa yang Kau Dambakan Untuk Menemanimu Menuju Rumah?
Tahun 2019 - Status Baru dan Hambatan yang Kukira Akan Memberatkan
Setelah menyandang status menjadi istri di saat aku sedang tinggi-tingginya, aku mengira bahwa karirku sebagai seorang freelance writer akan berakhir begitu saja. Kupikir, aku tidak akan lagi bersahabat dengan brief, content calendar, editorial plan, hingga script video yang selama ini membesarkanku. Tapi sungguh, Allah Maha Baik mempertemukanku dengan suamiku yang mengerti bahwa istrinya butuh sekali menulis untuk bisa hidup dengan baik aliasss biar nggak tantrum ehehe ~
Dan hingga tahun 2025 ini, tak terhitung berapa banyak project menulis bayaran yang telah membersamaiku dalam quarter life crisis saat aku menjadi istri untu pertama kali, hamil pertama kali, menyusui pertama kali hingga sampai pada kedua anakku yang sekarang duduk di bangku KB dan TK B ini. Allahumma Baarik
10 tahun perjalanan yang teramat sangat panjang dan semuanya bermula dari ngeblog gratisan dengan platform blogger.
Kalaulah aku nggak ngeblog dan nggak berani ambil resiko sejak awal, mungkin aku nggak pernah ada di titik sekarang.
Kalaulah aku nggak mulai ngeblog dan berkomunitas, mungkin aku nggak pernah punya jaringan sebanyak ini.
Dan kalaulah aku nggak ngeblog dan nekat untuk maju sebagai anak SMK yang cuma punya mimpi, mungkin aku nggak pernah punya portfolio sebanyak ini sekarang.
Alhamdulillah ~
Hari ini, aku, Dwi Septia ingin memperkenalkan diri kepada semua teman-teman yang membaca blogku ini dengan wajah baru.
Halo, salam kenal, Aku Dwi Septia. Seorang istri dan ibu dari 2 anak yang masih produktif meski usianya sudah tak lagi muda.
Aku adalah seorang content strategist yang teramat sangat menyukai bidang kepenulisan dan telah lama berkecimpung di dunia social media strategist, SEO writer, content planner, editorial planner, video editor, voice over hingga ads specialist dan semuanya kukerjakan secara remote dan virtual.
Semoga, melalui tulisan panjang ini, teman-teman bisa percaya bahwa semuanya bisa diraih dengan ketekunan dan kepercayaan penuh pada Allah. Karena jelas Allah telah berfirman pada Q.S. Ar-Rad ayat 11 yang bunyinya “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Last but not least, selamat 1 dekade Gandjel Rel Semarang!! Tetaplah jadi wadah yang hebat untuk para perempuan di Semarang dan seluruh dunia, ya! Luv kalian banyak-banyak ❤️❤️❤️
Salam,
Dwi Septia
Aritkel ini diikutsertakan pada Lomba Blog 2015 ke 2025 Perjalanan Ngeblogku yang diadakan oleh Gandjel Rel