Hari Ibu Menjadi Momen Paling Dinanti Untuk Bisa 'Me Time' Bersama Ibu
Kalau dipikir-pikir, meski aku adalah anak bungsu yang kini sendiri di rumah sebab kakak pertamaku sudah menikah dan bekerja di luar Pulau Jawa, aku tergolong jarang memiliki me time bersama Ibu. Bahkan, aku pun pernah lari ke luar kota -- ke Jakarta.
Terima kasih untuk mba Noorma dan mba Chela sudah membuatku akhirnya mengabadikan momen ini. Sebab mungkin tanpa mereka, aku tidak terpikir sama sekali untuk menuliskan tentang ini.
Beberapa puluh tahun silam lamanya aku pernah menuliskan tentang ibuku. Aku pernah menuliskan tentang bagaimana aku menikmati hariku bersama ibu dengan membuat cake durian sebagai bentuk kejutan bahwa aku tengah memberi beliau surprise. Btw, aku ini suka masak, meskipun terlihat tomboy dan bukan anak dapur banget, aku cukup kompeten untuk masak memasak dengan menggunakan feeling. Iya, feeling gimana caranya biar rasa masakan pas dan nggak terpatok sama bumbu resep.
Btw, di antara hari-hari lain, hari ibu itu momen yang paling aku nanti. Sebab, di hari ibu, aku bisa sok-sokan kasih kue dan bilang sayang gitu. Maklumlah, anak zaman now suka keki kalau kasih cium-cium begitu ehehehe. Dan momen hari ibu itu bisa jadi momen yang pas buat ngajakin ibu jalan-jalan. Yah, tambahin alibi-alibi begitulah biar ibu mau dan nggak nolak. Ibu orangnya susah banget soalnya, bisa bayangin deh batunya Septi itu nurun dari siapa.
Ada yang membuatku begitu iri jika melihat orang lain -- teman-teman lain yang suka dan seringkali hangout bersama keluarga. Jelas saja, aku hanya punya ibuku untuk diajak main, dan mungkin teman-temanku. Abangku sudah menikah dan memang sejak dulu kami berdua tidak sedekat itu. Bahkan, kami ada di dua pulau, abangku di Pulau Kalimantan dan aku di Pulau Jawa. Kami tidak saling berkomunikasi, jadi ya begitu deh kalau ada yang nanya kabar abang aku cuma bisa jawab "entahlah......".
Dan Ibu, buat saya beliau adalah orang yang paling berarti buat hidup ku. Dan beliaulah yang membuatku akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah, Semarang meskipun aku sudah mendapatkan posisi di Jakarta yang bisa membuat karirku menjadi lebih baik di tahun-tahun mendatang. Sebab hanya ibu yang aku punya.
Setiap kali aku punya uang lebih dan uang itu nganggur, aku akan selalu ajak ibu kemanapun. Makan, pergi, belanja atau beli sesuatu yang penting untuk rumah. Meski kadang cuma belanja ke pusat jajanan atau makan ayam penyet, bagiku itu sudah mewah bisa mengajak ibu pergi.
Tapi, tahun ini berbeda. Hari Ibu aku nggak ngajakin ibu kemana-mana. Terlalu banyak drama di rumah, Ibu susah sekali diajak keluar. Aku sudah siapkan mobil rental pun rasanya percuma. Susah ngomong sama ibu untuk bisa diajak keluar. Dan aku malas berdebat. Akhirnya, aku pun kota-kota sendiri, ke Jogja, Solo, Boyolali, Salatiga dan kembali ke Semarang dalam waktu14 jam. Gila? Iya, selamat datang di dunia Septi.
Aku, Ibu, Abang dan Ayah apalagi. Jarang banget ngobrol berempat. Selain karena memang tidak dekat, kami memiliki kesibukan masing-masing yang membuat kami jarang punya waktu untuk ngobrol berempat. Nggak tahu persisnya kenapa. Hanya memang sejak dulu saja memang begitu adanya dan aku hanya melanjutkan apa yang sudah ada. Aneh, ya? Sudah, aku juga merasa begitu, kok. Stop judging if you dont know nothing, ya. Aku aja nggak tahu, makanya aku nggak mau blaming my own life and my own fat juga hahhaha.
Dan aku selalu menyemogakan semuanya bisa berubah suatu saat nanti dan naudzubillahimindzalik kalau aku mendapatkan keluarga seperti itu. Aku ingin mengubah semuanya dari keluarga kecilku. Ya, jodohnya sih memang belum kelihatan, tapi ya didoakan saja daripada blaming others, ya to?
Jadi, gimana hari ibumu tahun ini? Sudah bilang sayang ke ibu belum? ^^
Salam
Beberapa puluh tahun silam lamanya aku pernah menuliskan tentang ibuku. Aku pernah menuliskan tentang bagaimana aku menikmati hariku bersama ibu dengan membuat cake durian sebagai bentuk kejutan bahwa aku tengah memberi beliau surprise. Btw, aku ini suka masak, meskipun terlihat tomboy dan bukan anak dapur banget, aku cukup kompeten untuk masak memasak dengan menggunakan feeling. Iya, feeling gimana caranya biar rasa masakan pas dan nggak terpatok sama bumbu resep.
Ini ibu saya, sudah 60 tahun. masih cantik, kan? :)) |
Btw, di antara hari-hari lain, hari ibu itu momen yang paling aku nanti. Sebab, di hari ibu, aku bisa sok-sokan kasih kue dan bilang sayang gitu. Maklumlah, anak zaman now suka keki kalau kasih cium-cium begitu ehehehe. Dan momen hari ibu itu bisa jadi momen yang pas buat ngajakin ibu jalan-jalan. Yah, tambahin alibi-alibi begitulah biar ibu mau dan nggak nolak. Ibu orangnya susah banget soalnya, bisa bayangin deh batunya Septi itu nurun dari siapa.
Ibu Jadi Satu-satunya Keluarga yang Bisa Diajak Hangout
Ada yang membuatku begitu iri jika melihat orang lain -- teman-teman lain yang suka dan seringkali hangout bersama keluarga. Jelas saja, aku hanya punya ibuku untuk diajak main, dan mungkin teman-temanku. Abangku sudah menikah dan memang sejak dulu kami berdua tidak sedekat itu. Bahkan, kami ada di dua pulau, abangku di Pulau Kalimantan dan aku di Pulau Jawa. Kami tidak saling berkomunikasi, jadi ya begitu deh kalau ada yang nanya kabar abang aku cuma bisa jawab "entahlah......".
Dan Ibu, buat saya beliau adalah orang yang paling berarti buat hidup ku. Dan beliaulah yang membuatku akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah, Semarang meskipun aku sudah mendapatkan posisi di Jakarta yang bisa membuat karirku menjadi lebih baik di tahun-tahun mendatang. Sebab hanya ibu yang aku punya.
Setiap kali aku punya uang lebih dan uang itu nganggur, aku akan selalu ajak ibu kemanapun. Makan, pergi, belanja atau beli sesuatu yang penting untuk rumah. Meski kadang cuma belanja ke pusat jajanan atau makan ayam penyet, bagiku itu sudah mewah bisa mengajak ibu pergi.
Tapi, tahun ini berbeda. Hari Ibu aku nggak ngajakin ibu kemana-mana. Terlalu banyak drama di rumah, Ibu susah sekali diajak keluar. Aku sudah siapkan mobil rental pun rasanya percuma. Susah ngomong sama ibu untuk bisa diajak keluar. Dan aku malas berdebat. Akhirnya, aku pun kota-kota sendiri, ke Jogja, Solo, Boyolali, Salatiga dan kembali ke Semarang dalam waktu14 jam. Gila? Iya, selamat datang di dunia Septi.
Ayah, Kemana?
Pasti ada pertanyaan ini, kan. Ayahku ada di rumah, tapi kami jarang sekali berkomunikasi. Like a ghost aku kalau di rumah, datang, ke kamar, udah. Nggak ada saling ngomong satu sama lain. Kok bisa begitu? Ya, memang begitu adanya. Dan itu sudah terjadi sejak beberapa puluh tahun terakhir. Usiaku yang hampir 1/4 abad ini nggak pernah punya quality time sama Ayah. Makanya, seperti yang aku bilang di atas, Ibu itu segala-galanya buat aku. Karena cuma beliau yang bisa diajak ngobrol, meskipun seringkali mangkir.Aku, Ibu, Abang dan Ayah apalagi. Jarang banget ngobrol berempat. Selain karena memang tidak dekat, kami memiliki kesibukan masing-masing yang membuat kami jarang punya waktu untuk ngobrol berempat. Nggak tahu persisnya kenapa. Hanya memang sejak dulu saja memang begitu adanya dan aku hanya melanjutkan apa yang sudah ada. Aneh, ya? Sudah, aku juga merasa begitu, kok. Stop judging if you dont know nothing, ya. Aku aja nggak tahu, makanya aku nggak mau blaming my own life and my own fat juga hahhaha.
Dan aku selalu menyemogakan semuanya bisa berubah suatu saat nanti dan naudzubillahimindzalik kalau aku mendapatkan keluarga seperti itu. Aku ingin mengubah semuanya dari keluarga kecilku. Ya, jodohnya sih memang belum kelihatan, tapi ya didoakan saja daripada blaming others, ya to?
Jadi, gimana hari ibumu tahun ini? Sudah bilang sayang ke ibu belum? ^^
Salam
2 Comments
Salam kenal Mbak Dwi Septia
BalasHapusSelamat....
Sukses sll ya Mbak
Kalau aku me time nya di dapur..hehehe...gangguin ibu masak
BalasHapusHalo!
Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^