Mungkinkah Aku Menemukan Kamu di Ujung Penantianku? Biarkan Waktu yang Menjawab
Hm, kalau bicara soal umur, soal resolusi dan soal masa depan. Aku sudah tidak bisa lagi menjadi pemimpi ulung yang mendambakan bisa menjadi seorang arsitek atau menikah muda di usia 21-22 tahun. Semuanya begitu fana jika melihat kenyataan yang ada. Iya, aku sudah kehilangan dua mimpi pentingku itu. Sedih memang, tapi setidaknya dalam tahap pencarianku saat ini aku masih berharap aku bisa bertemu dengan seseorang yang nantinya bisa menjadi pendengar dan pendukung setia atas segala impian yang aku panjatkan kepada langit.
Melakukan perjalanan sendiri selama ini ke tempat baru, bertemu orang baru dan belajar hal baru sendirian memang sudah sering aku lakukan. Tidak hanya satu atau dua kali saja. Hampir tiap bulan aku selalu menuju tempat-tempat baru. Entah tempat itu memang baru aku sambangi atau malah tempat tersebut bisa membuatku kembali. Maklum, anaknya emang nggak betah duduk manis kayak cewek-cewek lain hahaha.
Aku merasa mulai lelah berdiskusi dengan diri sendiri. Berusaha baik- baik saja ketika semuanya terasa rumit atau justru sok-sokan bijak dalam menyikapi setiap masalah yang hadir dalam hidup. Memang semuanya adalah bagian dari proses yang mendewasakan. Tapi, aku benar-benar sudah merasa cukup untuk melakukan semuanya sendiri. Dan sekarang, aku merasa bahwa perjalananku fana saat tak ada teman perjalanan yang senantiasa menemani.
Tidak, aku tidak akan memintanya untuk membawakan barang bawaanku. Tak jua memintanya untuk membawaku berkelana jauh ke tempat yang sulit untuk dijangkau. Aku hanya ingin memiliki seseorang yang nantinya bisa membuat perjalananku lebih berarti. Setidaknya, membuatku menyadari bahwa aku tidak sendiri.
Aku tidak tahu apakah ini terlalu terburu-buru atau hanya rasa semu belaka. Mohon doanya ya semoga keinginan ini bukan karena aku iri karena teman-temanku lebih dulu menikah. Karena begitu sulit untuk meluruskan niat ketika lingkungan tidak mendukung segala keputusan yang aku coba ambil. Semoga, kalian yang membaca ini termasuk orang-orang yang mau mendukung segala keputusanku. Bantu doa, ya.
Iya. Pertanyaan tentang "kapan nikah" bukan lagi jadi bahan bercanda yang bisa diterima dengan mudah. Sebab, ada hati yang harus dijaga. Memang benar ya, mudah sekali untuk mengatakan bahwa baik-baik saja meskipun kenyataannya berkata lain. Dan memang saat ini baik dari aku atau dari orang lain harus berhati-hati dengan pertanyaan ini. Sepele memang, tapi kita tidak tahu bagaimana orang tersebut berusaha menjaga hatinya untuk tetap fokus pada tujuan, bukan?
Iya, nih. Hahaha... Postingan kali ini pengen banget bahas tentang resolusi 2018. Setelah menulis tentang kaleidoskop pencapaian selama tahun 2017, sekarang pengen menuliskan impian-impian untuk tahun 2018 ini seperti milik kak Lestari dari komunitas Blogger Gandjel Rel. Daaaaannnn semoga resolusi yang sudah masuk list sejak tahun 2016 ini bisa benar-benar terwujud. Aamiin heheheh. Bayangin deh gimana ekspresinya Septi pas nulis ini.
Yang jelas, monggo dibayangkan bagaimana seorang Septi berangan-angan setinggi ini, berkekspektasi sambil sholawat dana istighfar semoga niat kesananya nggak belok hahahahaha. Sebab, tidak mudah bagi seorang Septi yang biasanya ambisius dan terlihat baik-baik saja tiba-tiba bahas hal seperti ini.
Bukan, bukan karena ini obrolan tidak penting. Justru karena ini obrolan penting dan berat, maka agak aneh bila seorang Septi yang selengekan bukan main ini tiba-tiba menuliskannya panjang sekali hahahaha. Karena perkara menikah dan jalan-jalan adalah dua hal yang sangat berbeda. Untuk sekadar dipahami atau memang untuk dijalani. Berat, sungguh.
Sebetulnya ini bukan pemikiran yang tiba-tiba muncul untuk menikah muda di usia yang menginjak dua puluh tiga. Aku bahkan sudah memikirkannya sejak usia 17 tahun bahkan ketika aku memakan seragam putih abu-abu. Pertanyaan tentang menikah muda pernah dan beberapa kali aku lontarkan kepada kakak kelas atau seniorku yang sudah jauh lebih matang usianya. Kata mereka, sah-sah saja asalkan niatnya sudah betul. Aku pernah merencakannya, dulu.
Namun, memang manusia hanya ditakdirkan untuk merencanakan. Sedangkan hasil, Allah yang tetap menentukan. Maka, selama beberapa tahun silam aku sendiri (daripada nyebut jomblo wahaha) aku terus belajar menjadi pribadi yang insya Allah semakin baik. Belajar dari rumah tangga muda teman-teman dekat atau belajar dari rumah tangga sekitar yang ada upside down-nya.
Selama aku mengamati, aku jadi semakin bersyukur mengapa aku belum ditakdirkan untuk berdua, melainkan masih sendiri dan berusaha menjaga diri. Bahwa ternyata, menikah bukan hanya tentang pertemuan dan persatuan. Melainkan sebuah langkah awal untuk memulai segala sesuatu dengan baru, bersama orang baru, untuk membentuk kisah baru hingga akhirnya sampai ke tujuan baru, yaitu untuk membangun rumah tangga surga bernama, baiti jannati.
Aku tidak menutup diri untuk tetap menjadi seseorang yang ambisius. Seseorang yang selalu menggebu soal mimpi dan rencana-rencana jangka panjang. Adanya seseorang yang nantinya kelak bersamaku justru akan aku jadikan sebagai penguat mimpi yang selama ini inigin segera aku wujudkan.
Aku tidak tahu akan berlabuh dengan siapa.
Aku tidak tahu akan berlabuh kapan.
Aku tidak tahu kapan aku bisa berjalan berdampingan
dengan seseorang yang tidak akan pergi meninggalkan
sekalipun dilanda rasa bosan
Kalau ditanya "kamu pengen nikah, Sep?" Maka jawabannya adalah iya.
Melakukan perjalanan sendiri selama ini ke tempat baru, bertemu orang baru dan belajar hal baru sendirian memang sudah sering aku lakukan. Tidak hanya satu atau dua kali saja. Hampir tiap bulan aku selalu menuju tempat-tempat baru. Entah tempat itu memang baru aku sambangi atau malah tempat tersebut bisa membuatku kembali. Maklum, anaknya emang nggak betah duduk manis kayak cewek-cewek lain hahaha.
Aku merasa mulai lelah berdiskusi dengan diri sendiri. Berusaha baik- baik saja ketika semuanya terasa rumit atau justru sok-sokan bijak dalam menyikapi setiap masalah yang hadir dalam hidup. Memang semuanya adalah bagian dari proses yang mendewasakan. Tapi, aku benar-benar sudah merasa cukup untuk melakukan semuanya sendiri. Dan sekarang, aku merasa bahwa perjalananku fana saat tak ada teman perjalanan yang senantiasa menemani.
Aku tidak tahu apakah ini terlalu terburu-buru atau hanya rasa semu belaka. Mohon doanya ya semoga keinginan ini bukan karena aku iri karena teman-temanku lebih dulu menikah. Karena begitu sulit untuk meluruskan niat ketika lingkungan tidak mendukung segala keputusan yang aku coba ambil. Semoga, kalian yang membaca ini termasuk orang-orang yang mau mendukung segala keputusanku. Bantu doa, ya.
Menemukan seseorang yang sekilas terkesan sederhana, ternyata memang tidak mudah adanya. Ketika banyak yang berkata "menikahlah, untuk menyempurnakan separuh agamamu," kenyataannya kalimat ini harus ditangkis dengan kalimat "justru karena ingin menyempurnakan separuh agama, maka kita tidak boleh sembarangan memilih calon yang nantinya akan membersamai kita" -- dalam konteks ini adalah tentang aku.Ada hati yang segera ingin berlabuh,
“Menemukan jodoh itu rumit, sejalan belum tentu seiman, seiman belum tentu setujuan, setujuan belum tentu sejalan, sejalan belum tentu sekufu, sekufu belum tentu sejodoh.”
- ― Mutia Prawitasari, Teman Imaji: Tentang Anak Kota Hujan
-
Maka terasa magis betul ketika salah seorang temanku menikah dan dari rangkaian ucapan terima kasihnya ke pada orang tuanya, ia berkata:
-
"Ayah, Ibu, terima kasih sudah mengizinkanku untuk menikah dengan laki-laki pilihanku."
-
"Terima kasih telah memberi restu pada pernikahan kami. Doakan rumah tangga kami agar senantiasa dilimpahi keberkahan."
-
Karena memang menggenapkan separuh agama bukan perkara tentang menyatukan dua kepala saja.
-
Semoga yang tengah menanti segera dipertemukan dengan cara yang baik karena sebaik-baik penjagaan adalah dari Allah.
-
Maka jangan lupa untuk selalu libatkan Allah dalam setiap pengambilan keputusan.
-
Selamat menanti ~
- ― Mutia Prawitasari, Teman Imaji: Tentang Anak Kota Hujan
-
Maka terasa magis betul ketika salah seorang temanku menikah dan dari rangkaian ucapan terima kasihnya ke pada orang tuanya, ia berkata:
-
"Ayah, Ibu, terima kasih sudah mengizinkanku untuk menikah dengan laki-laki pilihanku."
-
"Terima kasih telah memberi restu pada pernikahan kami. Doakan rumah tangga kami agar senantiasa dilimpahi keberkahan."
-
Karena memang menggenapkan separuh agama bukan perkara tentang menyatukan dua kepala saja.
-
Semoga yang tengah menanti segera dipertemukan dengan cara yang baik karena sebaik-baik penjagaan adalah dari Allah.
-
Maka jangan lupa untuk selalu libatkan Allah dalam setiap pengambilan keputusan.
-
Selamat menanti ~
Iya. Pertanyaan tentang "kapan nikah" bukan lagi jadi bahan bercanda yang bisa diterima dengan mudah. Sebab, ada hati yang harus dijaga. Memang benar ya, mudah sekali untuk mengatakan bahwa baik-baik saja meskipun kenyataannya berkata lain. Dan memang saat ini baik dari aku atau dari orang lain harus berhati-hati dengan pertanyaan ini. Sepele memang, tapi kita tidak tahu bagaimana orang tersebut berusaha menjaga hatinya untuk tetap fokus pada tujuan, bukan?
Kok Tumben Bahas Ini Sih, Sep?
Iya, nih. Hahaha... Postingan kali ini pengen banget bahas tentang resolusi 2018. Setelah menulis tentang kaleidoskop pencapaian selama tahun 2017, sekarang pengen menuliskan impian-impian untuk tahun 2018 ini seperti milik kak Lestari dari komunitas Blogger Gandjel Rel. Daaaaannnn semoga resolusi yang sudah masuk list sejak tahun 2016 ini bisa benar-benar terwujud. Aamiin heheheh. Bayangin deh gimana ekspresinya Septi pas nulis ini.
Yang jelas, monggo dibayangkan bagaimana seorang Septi berangan-angan setinggi ini, berkekspektasi sambil sholawat dana istighfar semoga niat kesananya nggak belok hahahahaha. Sebab, tidak mudah bagi seorang Septi yang biasanya ambisius dan terlihat baik-baik saja tiba-tiba bahas hal seperti ini.
Bukan, bukan karena ini obrolan tidak penting. Justru karena ini obrolan penting dan berat, maka agak aneh bila seorang Septi yang selengekan bukan main ini tiba-tiba menuliskannya panjang sekali hahahaha. Karena perkara menikah dan jalan-jalan adalah dua hal yang sangat berbeda. Untuk sekadar dipahami atau memang untuk dijalani. Berat, sungguh.
Kenapa Menikah Muda, Sep? Mimpimu Masih Panjang. Jalanmu Masih Teramat Sangat Panjang
Sebetulnya ini bukan pemikiran yang tiba-tiba muncul untuk menikah muda di usia yang menginjak dua puluh tiga. Aku bahkan sudah memikirkannya sejak usia 17 tahun bahkan ketika aku memakan seragam putih abu-abu. Pertanyaan tentang menikah muda pernah dan beberapa kali aku lontarkan kepada kakak kelas atau seniorku yang sudah jauh lebih matang usianya. Kata mereka, sah-sah saja asalkan niatnya sudah betul. Aku pernah merencakannya, dulu.
Selama aku mengamati, aku jadi semakin bersyukur mengapa aku belum ditakdirkan untuk berdua, melainkan masih sendiri dan berusaha menjaga diri. Bahwa ternyata, menikah bukan hanya tentang pertemuan dan persatuan. Melainkan sebuah langkah awal untuk memulai segala sesuatu dengan baru, bersama orang baru, untuk membentuk kisah baru hingga akhirnya sampai ke tujuan baru, yaitu untuk membangun rumah tangga surga bernama, baiti jannati.
Lalu, bagaimana dengan impian-impianmu, Sep?
Aku tidak menutup diri untuk tetap menjadi seseorang yang ambisius. Seseorang yang selalu menggebu soal mimpi dan rencana-rencana jangka panjang. Adanya seseorang yang nantinya kelak bersamaku justru akan aku jadikan sebagai penguat mimpi yang selama ini inigin segera aku wujudkan.
"Sekolah S2 ke luar negeri, memiliki anak dan adik asuh, menjadi seseorang yang dermawan,
memiliki rumah yang bisa menjadi tempat pulang, dan mimpi lain yang terlalu banyak untuk
disebutkan satu persatu."
Bagiku, tidak ada yang mustahil. Prinsipku adalah keridhoan Allah. Jadi, kalau aku sudah mengantongi ridho, untuk saat ini dari Ibuku, maka aku yakin sekali bahwa semua itu akan teramat sangat mungkin. Sedangkan nanti, tentu ridho suami yang akan aku minta. Untuk bisa tetap berkarya baik untuk urusan dunia ataupun urusan akhirat. Semoga, ~
Doakan Aku yang Sedang Menuju Kesana ~
Salam sayang,
14 Comments
Semoga disegerakan bertemu dengan yang disebut jodoh ya Sep
BalasHapusAamiin, mohon doanya mudah-mudahan dilancarkan ya mbaa
HapusSemoga dimudahkan ketemu soulmate mu ya Septi..aamiin...
BalasHapusAamiin, makasih mba Dewi
HapusKokohkan dulu pondAsi & langkah2 menuju mimpi kita. Insya Allah bisa bertemu dengan yg sejalan.
BalasHapusMenikah tak semudah yg terlihat, tapi saat menemukan yang tepat, semua rintangan dapat terlibas dengan semangat.
Iya mba anita, mohon doanya supaya saya bisa terus belajar mempersiapkan diri dengan baik, yaa
HapusAmin
BalasHapusAamiin, mkasih mas
HapusSemoga disegerakan.. Aamiin
BalasHapusAamiin, makasih kak
HapusAmiiin.
BalasHapusLha kok bacanya hanyut ya.
Ada satu pesan dalam,
Aamiin
HapusHehe apa tuh, pak?
Aamiin.. nikah muda bukan berarti ga bisa produktif kok. Insyaallah niat baik dimudahkan Allah. Ikit ndoain segera dpt jodoh ya non
BalasHapusAamiin, makasih ya mba muna cantik :) doain ya mba :)
HapusHalo!
Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^