Image from: Google with edit |
Waktu menunjukkan pukul 23.57 WIB. Iya, waktu sudah larut, hampir menjelang dini hari. Tapi masih saja kampung ramai akan orang-orang yang kenal waktu tidur. Di atas meja dan kursi tempat mereka duduk, seperti biasa ada botol-botol miras yang sebut saja tak pernah absen kulihat setiap kali aku melintas.
Beberapa di antaranya selalu memandang ke arah kami, orang-orang yang tengah menuju masjid saat waktu shalat tiba, termasuk hari ini. Iya, beberapa berdiri, memasang mata mereka, seolah mengunci fokus pada target dan siap melakukan "catcalling" atau sekadar menyapa dengan salam. Eh ini termasuk "catcalling" juga kan, ya?
Benar, lokasi tempat mereka, para peminum biasa berkumpul ada di jalan menuju masjid. Sebelum lorong kecil yang kami lalui, mereka biasa memenuhi halaman salah satu rumah dengan motor berjejeran hingga menutup jalan dan atau memenuhi dengan kursi dan duduk memenuhi teras. Aku tidak melihat kegiatan berfaedah yang mereka lakukan, selain hanya duduk, begadang degan ditemani botol-botol minuman yang seharusnya tidak ada di meja itu.
Ini bukan pertama kali aku melihat. Bahkan, bisa dibilang ini adalah makanan sehari-hariku. Sejak kecil, aku seolah telah terbiasa dengan kelakuan mereka yang tak jarang membuat warga kampung merasa insecure. Tahu kenapa? Ketika mereka hilang sadar, bukan hanya teman minumnya yang jadi korban, namun seringkali warga tak bersalah juga jadi korban. Dan kelakuan mereka beberapa kali menyeret mereka keluar masuk bui. Tapi, apa yang terjadi? Hukum selalu bisa dibeli dengan uang dan mereka kembali dengan aktivitas yang sedemikian membuat warga resah. Aku salah satunya.
Aku masih ingat betul beberapa hal tidak pantas yang aku lihat kala mereka hilang sadar. Dulu, saat aku masih memakai seragam, ada seseorang hilang sadar dan dia duduk, sesekali bersujud, menyembah rumah salah satu kyai di kampung selama beberapa hari dan membuat keluarga sang pemilik rumah takut untuk sekadar keluar rumah. Saat diajak pulang, ia kembali lagi dan begitu terus selama beberapa hari.
Aku, yang hanya tetangga yang tinggal di samping rumah pun merasa tidak nyaman melintas di depan rumah pak kyai. Sebab, sesekali ia, sang peminum yang hilang sadar berdiri dan berteriak sendiri. Kebayang nggak sih kalau pas aku lewat terus dia datengin aku dan teriak gitu? Hahahaha kan ngeri. Btw, ini hahanya jangan dianggap bercanda, ya.
Bambu yang panjang, balok kayu yang besar kerap kali jadi senjata untuk memukul yang mereka anggap lawan.
Tempat di mana mereka biasa berkumpul, di rumah sebelum lorong menuju masjid, sering terjadi drama. Tiba-tiba ada saja yang berteriak lalu mencari balok kayu atau senjata apapun yang bisa ia genggam, untuk bisa ia pukulkan ke lawan yang ia incar. Siapa lawannya? Entah. Siapa saja tiba-tiba bisa jadi lawan. Parahnya, kalau lawannya sama-sama mabok, yang jadi korban bukan hanya meraka berdua, tetapi orang-orang yang berusaha memisahkan mereka. Ngeri kan? Hahahaha aku pun kalau boleh pergi dari tempat ini, aku akan pergi sejauh yang aku bisa. Menjaga jarak dari mereka.
KDRT Bukan Lagi Hal yang Tabu
Seberapa parah KDRT yang ada di bayanganmu? Kalau di sekitarmu seringkali ada kekerasan dalam rumah tangga saat ada pihak baik dari istri atau suami saling tampar, itu biasa buatku. Di sekitarku, tak jauh dari rumah bahkan sering terjadi KDRT yang sungguh, kamu akan merasa bahwa mati baginya lebih baik daripada harus menanggung siksa yang naudzubillahimindzalik.
Salah satu contoh yang pernah kulihat dari jendela kamarku sendiri malam itu adalah saat ada perempuan yang rambutnya dijambak oleh satu orang laki-laki. Mau tahu kasusnya apa? Jadi, sore hingga malam waktu itu, tersebutlah sekumpulan anak muda sedang berpesta minuman di salah satu rumah. Mereka mengundang satu wanita penghibur yang dibawa oleh salah seorang dari mereka. Dan ketika si A, sebut saja begitu. Membawa sang wanita ke dalam kumpulan mereka dan si B ingin sang wanita juga menemaninya dan si wanita mau, si A yang hilang sadar tidak terima.
Si B dihajar habis-habisan oleh si A. Si B membalas dan terjadilah pertengkaran di antara mereka. Dan yang kulihat dari balik jendela kamar adalah ketika sang wanita, rambutnya dijambak oleh si A dan disalahkan si A, dimaki habis-habisan, diseret karena si A merasa telah membayar si wanita dan ia merasa dikhianati.
Kalau kamu wanita dan melihat hal seperti ini, kamu akan bersikap apa? Warga sekitar bahkan takut melerai. Warga bahkan takut akan ada korban jiwa sebab nyawa selalu jadi taruhan saat mereka hilang sadar. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi untuk bisa berpura-pura betah ada di tengah-tengah lingkungan mereka.
Kebiasaan yang Selalu Menjadi Hal Baru Bagi Mereka
Sungguh, ini sudah lama dan mungkin sudah beberapa generasi. Sejak aku masih kecil, pemandangan lumrah ini sudah ada. Tapi, tidak bagi mereka. Bagi mereka, peminum yang tak punya waktu tidur, ini adalah penyakit musiman. Yang kadang hilang dan kadang timbul. Mereka seringkali membuat zona waktu mereka sendiri.
Dan tahun ini, tren togel sedang marak di sini. Kalau kamu tidak asing dengan istilah HK dan SGP, maka selamat datang di dunia togel yang membuat mereka kecanduan. Hahaha ngomong-ngomong soal togel aku jadi ingat. Kala itu, di pekarangan belakang ruma yang ada pohon kelengkeng berdiri kokoh, ada seorang bapak-bapak yang hilang sadar berdiri di depan pohon. Ia diam, lalu mengobrol, lalu diam, dan ia bercakap-cakap dengan pohon meminta pencerahan tentang nomor togel keberuntungan. Wallahi, sedih liat pemandangan seperti ini.
Aku tak punya kuasa bahkan untuk sekadar bertanya ia sedang berbuat apa dan untuk apa. Aku hanya tahu bagaimana menutup mata, telinga, dan pintu rumah saat harus melihat hal-hal seperti ini terjadi. Hahahaha, iya, ibu selalu memintaku untuk buta dan tuli setiap kali kejadian seperti ini harus membuatku berpikir dan bersedih hati.
Mengapa aku menyebut mereka para peminum yang tak punya waktu tidur? Sebab hingga hari ini, sejak aku masih bayi, hingga pagi bahkan saat aku membuka mata, mereka selalu terjaga. Entah apa yang mereka lakukan, tapi sungguh ini bukan kabar baik untukku. Aku dan warga lain yang merasa tidak nyaman ini butuh perlindungan dari orang-orang yang seringkali bebas, meski seringkali keluar masuk bui.
Kenapa Nggak Lapor Aparat Berwajib Saja?
Well, cara ini sudah berkali-kali dilakukan oleh warga. Dan hasilnya selalu sama. Yang tertangkap, berhasil diciduk, selalu bisa lolos, dengan uang jaminan yang diberikan. Lalu, kebiasaan seperti tersebut di atas kembali terjadi, begitu dari aku tidak mengerti hingga kini sampai lelah hati.
Salam,
12 Juni 01.20 WIB
dari aku yang baru saja melintas di depan konferensi para peminum yang tak punya waktu tidur
2 Comments
Ngeri amaat ya, ku kira kek gitu cuman ada disinetron Indosiar aja Sept haha
BalasHapusBuset nyebut merk wkkw. Beneran ada mba, semengerikan itu aslinya malahan
HapusHalo!
Terima kasih telah membaca blog www.dwiseptia.com. Semoga konten yang ada di blog ini bisa menginspirasi. Doakan saya bisa produksi konten yang lebih baik, ya!
Oh, ya kalau ada rekues konten silakan tulis di kolom komentar, ya! ^^